Rabu, 18 Desember 2013

Hamil Palsu, Saat Tubuh Alami Tanda Kehamilan Tapi Tak Ada Janin di Rahim

Desember 18, 2013



Jakarta, Kehamilan merupakan saat yang paling membahagiakan bagi setiap calon orang tua. Tetapi kehamilan tidak selalu berakhir dengan kebahagiaan lantaran lahirnya bayi. Dalam kasus yang jarang terjadi, seorang wanita meyakini bahwa dirinya hamil, namun kenyataannya ia tidak hamil. 

Kehamilan palsu, secara klinis disebut pseudocyesis, adalah keyakinan bahwa seseorang hamil dan akan memiliki bayi namun ternyata tidak hamil. Orang dengan pseudocyesis memiliki tanda-tanda seperti orang hamil pada umumnya, namun di dalam rahimnya tidak ada janin. Kondisi yang tidak biasa ini bisa dialami oleh 1-6 orang dari 22.000 kelahiran.

Dalam kasus yang jarang terjadi, bahkan laki-laki dapat mengalami kehamilan palsu. Beberapa pria mengalami fenomena yang dikenal sebagai couvade atau kehamilan simpatik. Saat mengalami couvade, seorang pria akan mengalami banyak gejala yang sama seperti pasangannya yang hamil, termasuk kenaikan berat badan, mual, dan sakit punggung.

Baru-baru ini dokter memahami bahwa masalah psikologis dan fisik merupakan akar dari pseudocyesis. Meskipun penyebab pastinya masih belum diketahui, dokter menduga bahwa faktor psikologis dapat mengelabui tubuh dan membuat seseorang berpikir dan menyakini bahwa dirinya hamil. Demikian dikutip dari WebMD, Rabu (18/12/2013).

Ketika seorang wanita memiliki keinginan yang kuat untuk hamil karena mungkin sebelumnya punya masalah dengan infertilitas, keguguran berulang, atau akan menopause, maka tubuhnya dapat memproduksi beberapa tanda-tanda kehamilan seperti perut yang membengkak, payudara membesar, dan bahkan sensasi gerakan janin. Otak wanita kemudian salah menginterpretasikan sinyal tersebut sebagai kehamilan, sehingga memicu pelepasan hormon, seperti estrogen dan prolaktin yang mengarah pada gejala kehamilan sebenarnya.

Beberapa peneliti telah mengatakan bahwa kemiskinan, kurangnya pendidikan, pelecehan seksual di masa anak-anak, mungkin memainkan peran dalam memicu kehamilan palsu. Memiliki kehamilan palsu tidak sama dengan mengaku hamil atau memiliki delusi kehamilan (seperti pada pasien dengan skizofrenia).

Wanita yang mengalami pseudocyesis memiliki banyak gejala yang sama seperti orang-orang yang benar-benar hamil, termasuk gangguan menstruasi, perut bengkak seperti orang hamil, pembesaran payudara, perubahan puting dan mungkin produksi susu, perasaan gerakan janin, mual dan muntah, serta peningkatan berat badan. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung selama beberapa minggu, selama sembilan bulan, atau bahkan beberapa tahun.

Untuk menentukan apakah seorang wanita mengalami kehamilan palsu, biasanya dokter akan mengevaluasi gejala-gejalanya, melakukan pemeriksaan panggul dan USG. Dalam kasus kehamilan palsu, tidak akan ada janin yang terlihat pada pemeriksaan ultrasound, dan tidak akan didengar detak jantung janin.

Kadang-kadang, dokter akan menemukan beberapa perubahan fisik yang terjadi seperti umumnya wanita hamil, seperti rahim yang membesar dan leher rahim yang melunak. Akan tetapi jika melakukan tes urine kehamilan, maka yang terjadi hasilnya selalu negatif, terkecuali kanker langka yang menghasilkan hormon yang mirip dengan kehamilan.

Ketika seorang wanita meyakini bahwa dirinya hamil, terutama untuk jangka waktu beberapa bulan, itu bisa sangat menjengkelkan baginya untuk mengetahui bahwa dia sebenarnya tidak hamil. Dokter harus hati-hati menyampaikan kabar tersebut. Dokter juga perlu memberikan dukungan psikologis, termasuk terapi, untuk membantu pasien yang mengalami pseudocyesis pulih dari kekecewaannya.Foto: Ilustrasi/Thinkstock

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 Comments:

Posting Komentar

 

© 2013 Baca Informasi. All rights resevered. Designed by Templateism | Blogger Templates

Back To Top